
HUKUM MOORE
“Kekuatan mikroprosesor menjadi dua kali lipat setiap 18
bulan.
Kekuatan komputasi menjadi dua kali lipat setiap 18 bulan.
Harga komputasi berkurang setengahnya setiap 18 bulan.”
Harga komputasi berkurang setengahnya setiap 18 bulan.”
Hukum Moore, diakui banyak pihak
sebagai pendorong revolusi komputer. Secara singkat dapat disebutkan bahwa
jumlah transistor chip komputer dengan harga yang sama meningkat dua kali lipat
setiap 18 bulan. Kecenderungan tersebut terbukti benar sampai saat ini. Jika
chip pertama Intel tahun 1971 hanya memuat 2300 transistor, chip terakhir mampu
memuat 1,7 milyar transistor.
Hukum Moore bukan sekadar prediksi
dan hasil pengamatan belaka. Saat ini, Hukum Moore telah dijadikan target dan
tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan industri semikonduktor. Gordon
Moore mulai dengan prediksi bahwa masa depan elektronika berhubungan erat
dengan masa depan IC (integrated circuit) – teknologi yang belum populer saat itu.
IC akan mendorong perkembangan komputer pribadi, termasuk piranti penghubung
antarkomputer, pengendali otomatis untuk kendaraan, dan piranti komunikasi
portabel. Moore menuliskan tahap perkembangan IC dengan menyatakan bahwa pada
harga yang sama, kemampuan IC meningkat dua kali lipat setiap tahun.
Tidak bisa dipungkiri bahwa hukum
Moore menggerakkan industri yang ingin selalu meningkatkan kemampuan
chip-nya.Kita ambil contoh sebagai berikut. Peneliti di industri prosesor
berusaha mewujudkan Hukum Moore dalam pengembangan produknya. Produsen alat
produksi IC berusaha membuat alat yang dapat mencetak transistor sekecil
mungkin. Industri material semikonduktor terus menyempurnakan produk material
yang dibutuhkan prosesor, dan aplikasi komputer dan telekomunikasi berkembang
pesat seiring dikeluarkannya prosesor yang memiliki kemampuan semakin tinggi.
Secara tidak langsung, Hukum Moore
menjadi umpan balik (feedback) untuk mengendalikan laju peningkatan jumlah
transistor pada keping IC. Hukum Moore telah mengendalikan semua orang untuk
bersama-sama mengembangkan prosesor. Terlepas dari alasan-alasan tersebut,
pemakaian transistor akan terus meningkat hingga ditemukannya teknologi yang
lebih efektif dan efisien yang akan menggeser mekanisme kerja transistor sebagaimana
yang dipakai saat ini.
Hukum Moore dan IT Resource
Hukum Moore dan IT Resource
“Semakin
banyaknya transistor yang mengisi sebuah chip bukan semata-mata hanya untuk
menambah kecepatan, melainkan untuk menambah semakin banyak fungsi.”
Hidup makin mudah dengan kemampuan
chip yang terus meningkat, ukuran yang semakin kecil, dan cocok digunakan untuk
aplikasi bergerak seperti HP, PDA, laptop, atau flashdisk. Saat komputasi
dan komunikasi bergabung dan mempengaruhi nyaris seluruh aspek kehidupan,
permintaan semakin bertambah untuk perangkat-perangkat yang memiliki fungsi
lebih banyak, lebih cepat, dan lebih murah. Mengikuti Moore’s Law
merupakan hal penting untuk membantu industri-industri TI menghasilkan
chip-chip yang memenuhi kebutuhan tersebut
HUKUM METCALFE
“Nilai
atau kekuatan jaringan telekomunikasi adalah sebanding dengan kuadrat jumlah
pengguna yang terhubung dari sistem (n2)”
(Robert
Metcalfe – penemu teknologi Ethernet LAN-pada tahun 1970)
Hukum metcalfe ini memberikan banyak
efek dalam jaringan telekomunikasi dan jaringan internet, jaringan sosial serta
WWW (World Wide Web.).
Saat ini dapat dikatakan bahwa
kehidupan seseorang tidak akan lepas dari yang namanya jaringan telekomunikasi
terutama jaringan (internet). Mulai dari membaca berita, mencari bahan-bahan
kuliah, mengunduh lagu, berkirim sms, memantau keadaan rumah melaui cctv via
ponsel atau tablet, dan lain sebagainya yang mana hal-hal tersebut dapat
dilakukan dengan adanya jaringan telekomunikasi atau internet.
Di sini yang memiliki peran penting
adalah jaringan itu sendiri. Dengan adanya jaringan, seseorang dapat terhubung
dengan yang lainnya dengan mudah. Entah itu melalui jaringan telekomunikasi
misalnya melalui ponsel ataupun memalui jaringan internet seperti facebook,
fasilitas email, chatting, dan lain-lain.
Apa yang dikemukakan oleh Robet
Metcalfe memanglah benar tentang nilai jaringan telekomunikasi yang
sebanding dengan kuadrat jumlah pengguna yang terhubung ke dalam jaringan
tersebut.
Kita ambil contoh pada layanan
jaringan yang disediakan oleh Blackberry yang beberapa tahun ini mengalami
peningkatan dalam jumlah penggunanya. Ketika Blackberry hadir pertama kali di
Indonesia, orang-orang pasti bertanya apa kelebihan Blackberry dibanding dengan
vendor-vendor penyedia ponsel yang menggunakan jaringan dari provider-provider
lokal.
Mungkin pertama kali satu dua orang
mencoba memakai produk Blackberry yang memiliki jaringan tersendiri serta
memiliki fasilitas push email dan Blackberry Messenger (BBM). Dengan push
e-mail semua e-mail masuk dapat diteruskan langsung ke ponsel. Pengguna tidak
perlu mengakses Internet terlebih dulu dan membuka satu persatu e-mail yang
masuk, atau pemeriksaan e-mail baru. Hal ini dimungkinkan karena pengguna akan
terhubung secara terus-menerus dengan dunia maya melalui jaringan telepon
seluler yang tersedia. Alat penyimpanan juga memungkinkan para pengguna untuk
mengakses data yang sampai ketika berada di luar layanan jangkauan nirkabel.
Dengan adanya kelebihan pada jaringan Blackberry maka satu persatu masyarakat
mulai tertarik untuk menggunakannya dan hasilnya adalah fantastis. Ketika
pertama kali dikenalkan di akhir tahun 2004, jumlah pengguna Blackberry semakin
lama semakin banyak dan hal ini sesuai dengan hukum Metcalfe itu sendiri.
Hukum Metcalfe dan IT Resource
Dari contoh kasus di atas, apabila
jumlah jaringan meningkat, maka jumlah pengguna jaringan meningkat sebanyak
kuadrat dari jumlah jaringan tersebut dan hal ini akan berdampak juga dengan
semakin meningkatnya permintaan perangkat-perangkat IT. Selain itu,
pengembangan-pengembangan aplikasi juga semakin banyak dilakukan oleh
perusahaan-perusahan pembuat aplikasi dalam rangka untuk memudahkan pengguna
jaringan dalam memanfaatkan jaringan yang ada.
HUKUM COASE
“Bersamaan
dengan biaya transaksi yang menurun, sebuah organisasi kecil pun berkembang”
(Ronald
Coase)
Dalam dunia IT, komponen biaya
kadang menjadi hal yang sangat rumit. Seharusnya dengan adanya IT, sebuah
perusahaan akan terbantu dalam pekerjaan serta dalam hal menghasilkan profit
dengan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh IT. Akan tetapi hal itu akan
sangat berbeda jika sudah masuk ke dalam ranah perawatan, upgrade ataupun
perbaikan IT yang dimiliki perusahaan. Bisa-bisa perusahaan harus mengeluarkan
biaya ekstra untuk hal tersebut. Hal ini juga lah yang kadang menghambat
perusahan-perusahaan skala kecil yang ingin bersaing dan tetap eksis dengan
menginginkan adanya dukungan IT yang handal dikarenakan biaya untuk pengadaan
dan perawatan serta perbaikan IT yang tidak bisa dibilang murah. Jika ini terus
menerus terjadi, maka sangat tidak menguntungkan bagi organisasi atau perusahan
kecil.
Hukum Coase dan IT Resource (Outsourcing IT)
Dengan adanya kasus-kasus seperti di
atas, Ronald Coase mengemukakan pendapat bahwa bersamaan dengan biaya transaksi
yang menurun, sebuah organisasi kecil pun berkembang. Coase dalam hal ini
lebih menyoroti tentang tingginya biaya untuk pengadaan hingga perawatan IT
yang sangat besar yang harus dikeluakan oleh sebuah perusahaan. Dengan kata
lain, struktur organisasi berkembang seiring semakin efisiennya biaya
transaksi.
Untuk mengatasi kejadian di atas,
Coase berpendapat untuk melakukan outsourcing setiap fungsi TI yang dapat
dilakukan lebih efisien oleh pihak lain daripada harus memiliki infrastruktur
sendiri. Hal ini diperkuat dengan adanya teknologi Cloud Computing.
Cloud computing (komputasi awan) dapat didefinisikan sebagai gabungan
pemanfaatan teknologi komputer (’komputasi’) dan pengembangan berbasis Internet
(’awan’) . Awan (cloud) adalah metefora dari internet, sebagaimana awan
yang sering digambarkan di diagram jaringan komputer. Cloud computing
dapat juga disamakan sebagai suatu layanan (as a service), dimana
pengguna dapat mengaksesnya lewat Internet atau remote location tanpa
perlu pengetahuan, ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur
teknologi layanan tersebut. (from WIkipedia).
Jika ditilik dari kasus kepemilikan
teknologi, perusahaan dan pelaku bisnis sebenarnya memiliki dua (2) opsi, yaitu
memiliki teknologi atau menyewa teknologi. Sekian banyak perusahaan
asing di Indonesia memilih untuk menyewa teknologi dibanding membelinya. Karena
dengan menyewa, pengeluaran perusahaan menjadi tetap dan bisa diperkirakan
hingga jangka waktu yang panjang. Kemudahan inilah yang jadi alasan kenapa
lebih enak menyewa dibanding membeli. Karena jika membeli, akan mengeluarkan
biaya-biaya tidak tetap yang lain untuk menunjang reliabilitas dari teknologi
itu sendiri. Yang mana artinya, akan lebih banyak lagi biaya yang harus
dikeluarkan.
Menyewa akan menimbulkan biaya yang
disebut OpEx – Operasional Expenditure, yang sifatnya rutin dan cenderung
tetap. Membeli akan menimbulkan CapEx – Capital Expenditure, yang sifatnya
hanya sekali pada saat membeli, namun disertai dengan biaya-biaya lain seperti
pemeliharaan maupun biaya depresiasi capital.
Dengan konsep yang sama, cloud
computing juga mulai mendapat perhatian. Dilihat dari biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan dalam pengadaan solusi ini, cloud computing sangat
condong kepada model biaya OpEx, karena :
- Perusahaan pengadopsi teknologi ini tidak perlu membeli peralatan / hardware
- Perusahaan juga tidak perlu membeli lisensi / software
- Ekstrimnya, perusahaan tersebut juga tidak perlu memiliki departemen IT yang bertugas untuk memonitor server, storage, jaringan, dan aplikasi bisnis.
Sebuah perusahaan yang ingin
mengadopsi teknologi ini tinggal datang ke sebuah provider solusi berbasis
cloud computing, lapor berapa jumlah user, mengukur kapasitas kebutuhan,
menyesuaikan kebutuhan bisnis mulai dari sisi requirements maupun
kualitas produk pelayanan (yang mungkin terdiri atas paket2 tertentu),
tanda tangan kontrak, dan jadilah solusi kebutuhan ini dapat ditangani, tanpa
harus memiliki serta mengelola data center sendiri.
Jadi, apabila biaya transaksi
(terutama untuk hal IT) menurun, maka perusahaan-perusahaan kecil pun
berkembang tanpa harus ribut masalah biaya tambahan untuk IT
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar